Sunday

New Year, New Spirit

Kita sedang menghadapi awal tahun yang baru. Karena perubahan semacam ini hanya muncul setahun sekali, jika pernah ada saat untuk memikirkan sebuah awal, tampaknya inilah saat yang terbaik.
Baru-baru ini saya ditanya beberapa kali tentang apa yang saya pikir tentang resolusi-resolusi Tahun baru. Karena tampaknya hal ini ada di dalam pikiran begitu banyak orang, baiklah saya berbicara tentang ini dulu sebelum diilanjutkan ke pokok utama saya.
Idealnya, saya kira setiap hari harus menjadi hari yang baru bagi seorang Kristen, dan bahwa seharusnya kita tidak perlu peristiwa semacam ini untuk berikrar akan membuat perubahan yang perlu. Saya juga tahu bahwa "hal-hal ideal" hanya bekerja untuk sejumlah kecil orang, dan sisanya harus melakukan segala cara untuk dapat mewujudkannya. Saya juga percaya bahwa Tuhan, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, mengizinkan, dan bahkan menghargai usaha kita untuk melakukan apa yang benar (memakai alat bantu apa saja yang kita butuhkan), selama kita tidak membangun hukum-hukum atau prinsip-prinsip penyembahan di luar kehendak-Nya.
Walaupun demikian, tujuan tertinggi dan terutama dari setiap orang Kristen seharusnya ialah hidup oleh kuasa Roh Kudus, bukan alat-alat bantu buatan manusia. Salib adalah kekuatan Allah (lihat 1 Kor. 1:18). Kuasa untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia atau memecahkan setiap persoalan manusia dapat ditemukan pada salib. Mengapa kita harus mencari kekuatan atau kuasa di tempat lain?
Pada malam Tahun Baru, tepatnya pada pergantian abad, saat itu adalah tepat seratus tahun peristiwa Pembaruan Pentakosta - pencurahan Roh Kudus di Topeka, Kansas. Kini, ratusan juta orang telah mengalami babtisan Roh Kudus. Gerakan ini ialah gerakan rohani yang bertumbuh paling pesat dalam sejarah, dan bukannya semakin kecil, namun semakin meningkat saat kita mendekati milenium baru. Namun, sesuatu akan datang yang menandai awal dari kemajuan Injil yang bahkan lebih besar, memberinya lebih banyak makna, kedalaman dan kuasa - kepenuhan Roh Kudus.
Tentu saja, kita dipenuhi oleh Roh Kudus sewaktu kita menerima babtisan Roh, tetapi, sementara berusaha untuk tidak terjerat dalam istilah-istilah semantik, dibabtis dalam sesuatu berarti dibenamkan atau dicelupkan di dalamnya. Dibabtis dalam Roh Kudus adalah pengalaman yang begitu berkuasa dan mengubah hidup, sehingga ada kecenderungan untuk berpikir bahwa hanya inilah yang kita butuhkan. Namun, dalam Kisah Para Rasul, lama setelah hari Pentakosta dan pencurahan Roh Kudus, kita mempunyai contoh-contoh para rasul melakukan pekerjaan-pekerjaan luar biasa ketika mereka "penuh dengan roh" (lihat Kis. 4:8,31; 13:9,52).
Tidak diragukan lagi bahwa babtisan dalam Roh Kudus merupakan suatu pemberian kuasa yang dapat mengubah hidup kita secara radikal, dan menghasilkan lebih banyak manfaat bagi Injil. D. L. Moody mengklaim hanya mempunyai segelintir orang yang bertobat melalui pelayanannya sampai ia menerima babtisan Roh Kudus, yang pada waktu itu banyak orang mengacunya sebagai "kasih karunia kedua". Ini juga jelas dalam Kisah Para Rasul. Para Rasul dipenuhi dengan Roh pada hari Pentakosta, tetapi bahkan setelah perubahan yang luar biasa dan penuh kuasa dalam hidup mereka ini, mereka masih mempunyai pengalaman-pengalaman lain tentang "penuh dengan Roh". Apa maksud saya?
Saya pernah mendengar seorang pendeta Pentakosta terkenal mengatakan bahwa seandainya orang-orang Pentakosta dan Karismatik benar-benar orang-orang yang penuh dengan Roh, "Roh itu telah mengalami kebocoran!" Inikah sebabnya mengapa kita melihat bahwa "dipenuhi" berkali-kali diperlukan dalam Kisah Para Rasul? Barangkali...
Saya berharap kita benar-benar menghargai Roh Kudus sebagai harta yang paling berharga yang dapat kita miliki di bumi ini. Jika kita harus membawa banyak uang, tetapi terus kehilangan sejumlah besar darinya, tentu kita akan berusaha menemukan di mana terdapat kebocoran dan kemudian memperbaikinya. Betapa lebih lagi kita harus prihatin tentang mengapa kita tidak tetap penuh dengan Roh Kudus. Apakah yang menyebabkan kita menjauh dari manifestasi Kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Adakah lubang-lubang dalam hidup kita yang bahkan bisa begitu besar sehingga dapat disebut "pintu gerbang neraka', mengizinkan kekuatan neraka merampok hampir seluruh warisan kita dalam Kristus?
Tentu saja, hal-hal utama yang akan melukai Roh Kudus adalah hal-hal yang tidak kudus. Jika kita berpikir tentang ketidakkudusan, biasanya kita berpikir tentang nafsu dan penyimpangan seksual. Tak pelak lagi, semua itu adalah pelanggaran terhadap Allah, dan Kitab Suci jelas menyatakan bahwa murka Allah akan menimpa mereka. Namun, dalam Efesus 4:30 kita dinasehati, "Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan." Kemudian, kita diberitahu secara khusus cara tidak mendukakan Dia dalam kedua ayat selanjutnya: "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."
Allah adalah kasih, dan segala sesuatu yang tidak dilakukan dalam kasih akan mendukakan Dia. Dosa seksual adalah dosa karena nafsu sebagai kekuatan tandingan terhadap kasih. Seks diciptakan untuk kasih, bukan kasih untuk seks. Tetapi, segala sesuatu yang merupakan kekuatan tandingan terhadap kasih, seperti kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah akan mendukakan Roh Kudus.
Jika ada resolusi yang dapat kita buat untuk Tahun Baru yang akan datang ini, kiranya itu adalah untuk dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk hidup dalam Roh, dan tidak melakukan apapun yang mendukakan Roh. Doa saya untuk Anda ialah agar doa Rasul Paulus digenapi dalam hidup Anda:
... supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,
sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.
Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
Dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita (Efesus 3:16-20).
Sebelum tiba kesudahannya, akan ada suatu umat yang berjalan dan tinggal dalam Roh. Karena mereka hidup dalam kasih, mereka akan dipercayakan kuasa yang belum pernah mereka miliki sebelumnya. Dengan cara ini, Kerajaan Allah akan didemonstrasikan sebagai kekuatan tandingan terhadap segala kejahatan, sehingga singa bahkan akan berbaring di samping domba, dan tidak akan ada lagi yang melukai siapapun. Mengapa tidak memutuskan sekarang bahwa kita akan menjadi bagian dalam mempersiapkan jalan bagi Kerajaan besar ini? Kerajaan itu sudah dekat.