Friday
THE POWER OF ‘KOIN’...
Pagi-pagi. Di kantor.
Saya sedang membaca suratkabar yang memuat berita. Bahwa koin-koin yang dikumpulkan untuk Prita sudah mencapai 1 truk, atau setara dengan 6 ton ! Waaww...itu belum termasuk koin-koin lain yang masih terus mengalir dari posko-posko di banyak tempat dan kota-kota di seluruh Indonesia.
Dimulai dari ide sederhana tentang mengumpulkan koin, uang receh, untuk membantu Prita yang menghadapi kasus dengan sebuah rumahsakit di Tangerang, ide ini disambut dengan sepenuh hati oleh banyak pihak. Dari sebuah koin, bergulir, menjadi seratus koin, seribu koin, mungkin sudah ada sejuta koin yang terkumpul dalam waktu hanya beberapa hari.
Tidak hanya orang dewasa dan orang yang mampu. Dari anak-anak kecil, yang menabung uangnya untuk membeli kucing, rela menyisihkan tabungannya untuk membantu Prita. Pengemis dan pengamen, yang sehari-hari mencari satu koin dua koin dari petikan gitar atau wajah memelasnya, rela memberikan hasil mengamennya untuk Prita. Remaja yang uang sakunya pas-pasan, juga tidak mau ketinggalan, mengumpulkan koin demi koin, mengosongkan kantong bajunya untuk Prita.
Bukan hanya itu. Para ibu rumahtangga, yang merasakan nasib Prita, juga menyisihkan koin dari sisa uang belanjanya yang masih bisa untuk beli sayur ataupun sabun colek, untuk menambah barisan ini. Belum lagi para karyawan, yang dengan seksama mengikuti berita tentang Prita dan membahasnya di sela-sela waktu kerja dan makan siang. Dari mulai pramukarya, yang selalu salah menyebut nama Prita menjadi Prepti...hingga staf dan manajer, mau repot-repot mengumpulkan sejumlah koin dan menyisihkan waktu kerjanya untuk menghitung dan memilah. Koin demi koin. Setumpuk demi setumpuk.
Semua bergerak. Dari sebuah koin. Menjadi segunung koin.
Melihat tumpukan koin yang menyebar di atas meja kerja di kantor saya, di sela-sela diskusi tentang kasus Prita. Saya merenung.
Apa sih artinya sebuah koin, bila ia hanya berdiri sendiri. Paling tinggi, ia berharga seribu rupiah. Yang kalau dikonversi dengan singkong goreng mekrok, hanya dapat satu setengah potong, bahkan mungkin hanya satu potong. Apalagi kalau koin itu hanya dalam pecahan lima ratus, dua ratus, seratus, lima puluh, dua puluh lima. Pasukan Pak Ogah yang selalu berdiri di depan gang atau di mulut jalan pun sudah ogah diberi satu koin senilai lima puluh rupiah. Apalagi dua puluh lima. Bahkan toko swalayan lebih suka mengganti uang kembalian dengan sebutir permen daripada repot-repot menyediakan koin pecahan seratus, lima puluh, atau duapuluh lima rupiah.
Tapiiiiiii.. ..lihat sekarang !
Koin-koin itu seperti bernyawa. Koin-koin itu seperti ada rohnya. Dari satu koin, dia menarik koin yang lain. Dari satu koin, dia menjadi ribuan koin. Satu koin bergemerincing. ..memanggil yang lain. Mendadak, seperti diingatkan, kita pun mengorek semua sudut kantong, selipan dompet, pojokan tas, kaleng-kaleng tempat melemparkan segala pernak-pernik, hingga tempat-tempat yang selama ini hanya sekedar wadah untuk menyelamatkan pemandangan dari gemerincingnya koin-koin yang pernah kita pandang sebelah mata .
Koin yang sendiri itu sekarang memiliki banyak teman dan sahabat yang mendukungnya. Dari koin yang sederhana, yang seringkali tampak lusuh, dan hanya mengganjel di dalam dompet lipat, menjadi gunung yang berkekuatan luar biasa. Dia tidak sekedar lagi sebuah koin, tetapi sudah menjadi sebuah kekuatan moral yang mengikat banyak hati di dalamnya....
Kekuatan koin dalam jumlah besar memang luar biasa, karena dari hal-hal yang remeh temeh menjadi sebuah kekuatan yang berdampak seperti air bah. Dalam diamnya, dalam kesederhanaannya, koin yang remeh itu telah membuktikan kekuatannya. Bahwa dengan kebersamaan, tidak ada masalah yang tidak terselesaikan.
Itulah....
Kita bisa belajar dari sebuah koin. Jangan pernah meremehkan kesederhaaan. Tentang sebuah kesederhanaan dan hak dasar manusia. Ketika sebuah ketidakadilan, yang menjadi hak azasi dasar bagi setiap manusia telah terusik, dia bisa menjadi sebuah benih kekuatan. Dan koin ini adalah simbol dari perlawanan terhadap ketidakadilan. ..
Koin memang hanya sebuah simbol. Namun, dengan koin kita membuktikan, masih banyak hati yang tersentuh. Masih banyak hati yang memiliki nurani. Masih banyak hati yang bersatu, yang memiliki kekuatan.
Barangkali koin itu masih akan bergulir. Dan akan selalu menjadi bukti, bahwa semangat kebersamaan itu masih ada...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Halo mas juna... semoga aja kebersamaan itu tetap ada walaupun koinnya sudah gak ada.. hahaha jun kita tukeran link yuk.. aku tunggu kunjungan baliknya ya.. GBU..
ReplyDelete